Sederet psikolog diketahui kini turut mengomentari kisruh hubungan antara Nikita Mirzani dengan sang putri,Laura Meizani atau yang kerap dikenal dengan panggilan Lolly. Pertikaian ibu dan anak ini pun seolah telah menjadi drama panjang dan menegangkan, hingga pada momen Lolly dijemput paksa oleh Niki yang berujung dengan reaksi histeris Lolly.
Terkait insiden tersebut, tak sedikit pihak yang menyebut apa yang dilakukan Nikita Mirzani dianggap sudah di luar batas kewajaran dan menuai berbagai kecaman, termasuk pula dari para psikolog-psikolog ternama Tanah Air.
Sebut saja ada nama psikolog Tika Bisono, Bunda Romi dan Lita Gading, yang sempat ikut angkat bicara terkait dampak dari kejadian yang dialami Lolly, serta apa yang sebenarnya harus dilakukan Nikita usai insiden ini. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Namun, bukan Nikita Mirzani namanya jika tinggal diam dengan deretan komentar yang diarahkan kepada dirinya. Bahkan Niki justru merasa murka dengan perilaku para psikolog tersebut, dan menyebutnya mereka kini tengah Panjat Sosial atau Pansos.
Seperti yang sempat Niki ungkapkan dalam unggahan di Instagram Stories pribadinya. Ia tak segan untuk memperingatkan pada para psikolog justru jangan malah ikut-ikutan Pansos dari pertikaiannya dengan Lolly.
Nikita tidak segan-segan melontarkan sindiran tajam kepada para psikolog yang ikut-ikutan memberikan analisis terhadap masalah pribadinya.
Melalui Instagram Storiesnya, Nikita Mirzani menyinggung langsung para psikolog yang kerap memberikan komentar terkait masalah pribadinya. Ia merasa bahwa para psikolog tersebut seolah-olah merasa paling benar dalam menjalani kehidupan.
“Mulai bertaburan psikolog-psikolog, lu berasa jadi nikita mirzani, lu hidup sama gue, hah? Lu udah punya anak kayak begitu belum?” kata Nikita Mirzani.
Artis yang kerap disapa Nikmir ini juga menyindir para psikolog, bahwa mereka tidak punya hak untuk menilai karena mungkin belum merasakan pengalaman yang serupa.
Lebih lanjut, Nikita Mirzani menyebut beberapa nama tanpa merinci yang menurutnya sering ikut campur dalam urusannya.
“Itu banyak banget psikolog tuh, ada yang LA lah, yang selalu setiap ada apa selalu ikut-ikutan," katanya.
Nikita juga menyinggung tentang kehidupan pribadi para psikolog tersebut yang menurutnya tidak lebih baik.
“Ternyata rumah tangga lu juga pada hancur! Ada yang jadi simpanan, ada yang jadi pelakor, ada yang anaknya juga ternyata pemakai narkoba," ujar Nikita.
Ia menilai bahwa kehidupan para psikolog tersebut tidak lebih sempurna dibanding dirinya, dan mereka tidak seharusnya menghakimi orang lain. Nikita Mirzani nampak emosi melihat para psikolog tersebut memanfaatkan gelar untuk merasa superior dalam menilai kehidupan orang lain.
“Lu sibuk amat ngebahas tentang kasus gua. Rumah tangga kalian juga pada hancur semuanya!” ungkapnya.
Sindiran ini jelas ditujukan kepada psikolog yang dianggap menyalahgunakan posisi profesional mereka untuk ikut mengomentari masalah pribadinya.
Nikita Mirzani tidak hanya merasa terganggu oleh komentar-komentar tersebut, tetapi juga menuding bahwa para psikolog ini hanya mencari panggung.
Menurutnya, mereka ikut membahas kasusnya bukan karena ingin membantu atau memberikan pandangan profesional, melainkan untuk menaikkan popularitas.
“Lu pada diem juga nggak! Jangan ikut-ikutan, kalian nggak diajak,” tegasnya.
Nikita merasa bahwa banyak psikolog di Indonesia yang hanya ikut-ikutan tanpa benar-benar memahami permasalahan yang ia hadapi.
“Emang juga gila pansos! Kerjaan lu, duit lu nggak cukup apa?” kata Nikita Mirzani.
Salah satu kritik Nikita terhadap para psikolog ini adalah komentar yang menghakimi. Ia menyebut bahwa tugas psikolog adalah memberikan penilaian secara objektif dan profesional.
“Kalau mau komentarin kasus ini sebagai psikolog nggak masalah, tapi jangan judging, berasa hidup lu paling bener,” ujar Nikita.
Ia juga mempertanyakan peran psikolog yang menurutnya tidak berbeda jauh dengan warganet yang suka julid. “Lu psikolog apa netizen, gedeg banget gua!” pungkasnya.
Melalui Instagram Storiesnya, Nikita Mirzani menyinggung langsung para psikolog yang kerap memberikan komentar terkait masalah pribadinya. Ia merasa bahwa para psikolog tersebut seolah-olah merasa paling benar dalam menjalani kehidupan. (*)
Posting Komentar
Posting Komentar